Sabtu, 25 April 2009

Beyond Centers and Circle Time (BCCT)

Yaitu konsep belajar dimana guru-guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari

Hasilnya : siswa memperoleh pengetahuan dan kertrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mencoba sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat sekarang dan kelak.
  • Kenapa menggunakan system BCCT ini ?
    Anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan ALAMIAH
    Belajar akan lebih bermakna jika anak MENGALAMI apa yang dipelajari bukan sekedar MENGETAHUI
    Pembelajaran akan lebih bermakna dan mengena
  • Apakah system yang ada selama ini gagal ?
    Memang tidak ekstrim begitu. Pembelajaran yang lebih berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi MENGINGAT jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Bukankah itu yang terjadi dikelas-kelas kita.
  • Apa yang sebenarnya kita inginkan ?
    Dalam pendekatan BCCT proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. STRATEGI pembelajaran lebih dipentingkan daripada HASIL.
    Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.
    Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti, dalam hal ini diperlukan guru sebagai PENGARAH DAN PEMBIMBING atau INSPIRATOR
  • Mengapa system ini menjadi pilihan ?
    Saat ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Guru masih menjadi center (pengetahuan dll), ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar.
    Nah, sekarang diperlukan strategi belajar BARU yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, namun bagaimana mendorong siswa membangun pengetahuan di benak mereka sendiri
    BCCT belajar mengalami bukan menghafal
  • Kebiasaan apa yang ingin di perbaiki ?
    Sudah cukup lama kita sadar bahwa kelas-kelas kita tidak produktif. Sehari-hari kelas diisi dengan ceramah, sementara siswa DIPAKSA menerima dan menghafal.
    Pilihannya adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan siswa
  • Apakah landasan filosofi pengembangan BCCT ini ?
    Landasan filosofi adalah BCCT adalah KONSTRUKTIVISME, yakni filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak sekedar mnenghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta yang terpisah namun mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.
  • Trend belajar yang bagaimana yang melandasi system ini ?
    Belajar tidak sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka
    Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru
    Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadio fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.
    Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
    Ketrampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sempit), sedikit demi sedikit.
    Penting bagi siswa tahu UNTUK APA ia belajar, dan BAGAIMANA ia menggunakan pengetahuan dan ketrampilan itu.
    Tugas guru MEMFASILITASI agar informasi yang baru menjadi bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerpakan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan cara mereka sendiri.
    Pengajaran harus berpusat pada BAGAIMANA CARA siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. STRATEGI belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya.
  • Apakah BCCT ini baru ?
    Bukan! Filosofi yang mendasari pendekatan ini sudah dikembangkan oleh CCCRT (Creative Center for Childhood Research and Training)
  • Dari mana asalnya dan siapa yang mengembangkannya ?
    BCCT dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) Florida, USA dan dilaksanakan di Creative Pre school Florida, USA selama lebih dari 25 tahun, baik untuk anak normal maupun untuk anak dengan kebutuhan khusus
  • Komponen apa yang dilibatkan ?
    Konstruktivisme – bertanya – menemukan – Masyarakat belajar – Pemodelan – Refleksi Penilaian sebenarnya
  • Apa MOTTO nya ?
    Student learn best by actively constructing their own understanding
    (cara belajar terbaik adalah siswa mengkontruksikan sendiri pengalamannya)
  • Starategi belajar apa yang berasosiasi dengan BCCT ?
    CBSA – Pendekatan Proses – Life skill education – Authentic instruction – Inquiry based learning
    Problem – based learning – Cooperative learning – Service learning – Work Based learning
    Apa beda BCCT dengan KBK, CBSA, Pendekatan Proses, Quantum Learning, Student active Learning, Meaningful Learning, Problem Based Learning, Cooperative Learning, Work-Based Learning, dan sejenisnya.
  • Apa beda BCCT dengan KBK, CBSA, Pendekatan Proses, Quantum Learning, Student active Learning, Meaningful Learning, Problem Based Learning, Cooperative Learning, Work-Based Learning, dan sejenisnya ?
    JIWA, dari pendekatan-pendekatan itu sebenarnya sama dengan pendekatan BCCT, yakni, bagaimana menghidupkan kelas. Kelas yang hidup adalah kelas yang memberdayakan siswa atau berfokus pada siswa, yakni kelas yang produktif dan menyenangkan. Bedanya ada pada aspek penekanannya.
  • Bagaimana praktiknya di kelas ?
    Kelas dirancang dalam bentuk SENTRA – SENTRA missal : Sentra Alam, Sentra Persiapan Keaksaraan, Sentra Bermain Peran (Makro / Mikro), Sentra Rancang Bangun / Balok, Sentra Musik & Olah Tubuh, Sentra Seni dan kreatifitas, Sentra Imtaq, Sentra IT
    1 guru bertanggung jawab pada 7 – 12 siswa saja dengan moving class setiap hari dari satu sentra ke sentra lain.
    Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya
    Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
    Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
    Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok)
    Hadirkan : model, sebagai contoh pembelajaran
    Lakukan pijakan-pijakan
    Lakukan refleksi diakhir pertemuan
    Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
  • Bagaimana ciri kelas yang menggunakan system BCCT ini ?
    Terjalain kerjasama – Saling menunjuang – Gembira – Belajar dengan bergairah
    Pembelajaran terintegrasi – Menggunakan berbagai sumber – Siswa aktif
    Menyenangkan tidak membosankan – Terjalain sharing dengan teman
    Para siswa kritis – Guru kreatif
  • Apakah BCCT hanya bisa diterapkan dikelas kecil saja ?
    Tidak
    BCCT bisa diterapkan dikelas yang jumlahnya besar sekalipun asal proporsional.
    Karena guru tidak lagi sebagai sentral.
  • Apakah penerapan BCCT harus mengubah kurikulum ?
    Tidak
    Karena BCCT hanya sebuah strategi belajar
    BCCT sangat sesuai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
  • Apakah selama ini guru belum menerapkan BCCT ?
    Tergantung
    Bagaimana kondisinya selama ini.apakah polanya Student – Centered / Teacher – Centered
  • Apakah penerapan BCCT memerlukan biaya besar dan media khusus ?.
    Tidak


    Selling (Sentra & Lingkaran) / BCCT

    Sentra dan lingkaran adalah sebuah metode pengajaran yang menempatkan siswa pada posisi yang proporsional. Dunia anak adalah dunia bermain maka selayaknyalah konsep pendidikan untuk anak usia dini dirancang dalam bentuk bermain. Intinya bermain adalah belajar, dan belajar adalah bermain.

    Sekilas tentang metode SELING / BCCT
    Suatu metode / pendekatan dalam
    penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini yang dikembangkan berdasarkan hasil kajian teoritik dan empirik.
    Nama asli metode ini adalah BCCT (Beyond Center and Circle Time)
    Metode ini di Indonesia dipopulerkan dengan istilah SELING (Sentra & Lingkaran)
    Metode SELING merupakan pengembangan dari metode Montessori, High Scope dan Reggio Emilio
    Metode SELING dikembangkan oleh Creative Center for childhood Research and training (CCCRT) Florida, USA dan dilaksanakan di Creative Pre school Florida, USA selama lebih dari 25 tahun, baik untuk anak normal maupun untuk anak dengan kebutuhan khusus.

    BAGAIMANA PENERAPANNYA
  • Metode SELING dirancang dalam bentuk sentra-sentra. Misal ; sentra Alam, sentra bermain peran Mikro, sentra bermain peran Makro, sentra Rancang bangun, sentra Persiapan, sentra imtaq, sentra seni & Kratifitas, sentra Musik & Olah Tubuh, sentra IT dll
  • Setiap guru bertanggung jawab pada 10 murid saja dengan moving class, sesuai dengan sentra gilirannya
  • Metode SELING ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (Multiple Intelligences)
  • Metode SELING memandang bermain sebagai wahana yang paling tepat dan satu-satunya wahana yang

Paling tepat diantara metode – metode yang ada, karena disamping menyenangkan, bermain dalam setting pendidikan dapat menjadi wahana untuk berfikir aktif, kreatif dan bertanggung jawab.

Untuk menerapkan metode ini seorang guru hendaknya mengikuti pijakan-pijakan guna membentuk keberaturan antara bermain dan belajar. Berikut ini adalah Pijakan-pijakan yang harus diikuti :

  1. Pijakan lingkungan
    Guru menata lingkungan yang disesuaikan dengan intensitas & densitas
  2. Pijakan sebelum bermain
    Guru meminta para siswa untuk membentuk lingkaran
    Guru ada diantara para siswa sambil bernyanyi
    Guru meminta para siswa untuk duduk melingkar
    Guru meminta para siswa berdo’a bersama
    Guru menanyakan para siswa kesiapan mendengar cerita dan memasuki sentra
    Guru memulai bercerita menggunakan media yang sesuai dengan tema
    Guru menginformasikan jenis mainan yang ada dan menyampaikan aturan bermain
    Guru meminta siswa masuk ke area sentra
  3. Pijakan saat bermain
    Guru mempersiapkan catatan perkembangan siswa
    Guru mencatat perilaku, kemampuan dan celetukan siswa
    Guru membantu siswa jika dibutuhkan
    Guru mengingatkan siswa bila ada yang lupa atau melanggar aturan
  4. Pijakan setelah bermain / Recalling
    Guru meminta siswa untuk membereskan mainan dan alat yang dipakai
    Guru meminta siswa menceritakan pengalaman bermainnya sambil menghitung jumlah kegiatan yang dilakukan
    Guru menutup kegiatan dengan berdo’a bersama
    Guru membagikan buku komunikasi sebelum pulang

http://thenaffschool.wordpress.com/2008/03/07/makanan-apa-bcct-itu/

Apa itu Multiple Intelligences

Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah.
Berbagi ilmu dari Profesor Gardner yang telah menemukan teori kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligences, bahwa ada banyak kecerdasan yang dimiliki setiap orang. Teori ini juga menekankan pentingnya “model” atau teladan yang sudah berhasil mengembangkan salah satu kecerdasan hingga puncak.
Dalam buku konsep dan makna pembelajaran (Sagala, 2005 : 84) memaparkan 8 kecerdasan yaitu kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan logika/matematika, kecerdasan spasial/visual, kecerdasan tubuh/kinestetik, kecerdasan musical/ritmik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan spiritual.
Mari kita bahas satu per satu kecerdasan di atas. Selain penjelasan bentuk kecerdasan, juga dikaitkan dengan pelajaran yang diajarkan di sekolah serta tokoh atau profesi yang memiliki kecerdasan tersebut.

  1. Kecerdasan Verbal (Bahasa)
    Bentuk kecerdasan ini dinampakkan oleh kepekaan akan makna dan urutan kata serta kemampuan membuat beragam penggunaan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks.
    Berkaitan dengan pelajaran bahasa. William Shakespeare, Martin Luther King Jr, Soekarno, Putu Wijaya, Taufiq Ismail, Hilman “Lupus” Hariwijaya merupakan tokoh yang berhasil menunjukkan kecerdasan ini hingga puncak, demikian pula para jurnalis hebat, ahli bahasa, sastrawan, orator pasti memiliki kecerdasan ini.
  2. Kecerdasan Logika/Matematika
    Bentuk kecerdasan ini termasuk yang paling mudah distandarisasikan dan diukur. Kecerdasan ini sebagai pikiran analitik dan sainstifik, dan bisa melihatnya dalam diri ahli sains, programmer komputer, akuntan, banker dan tentu saja ahli matematika.
    Berkaitan dengan pelajaran matematika. Tokoh2 yang terkenal antara lain Madame Currie, Blaise Pascal, B.J. Habibie.
  3. Kecerdasan Spasial/Visual
    Bentuk kecerdasan ini umumnya terampil menghasilkan imaji mental dan menciptakan representasi grafis, mereka sanggup berpikir tiga dimensi, mampu mencipta ulang dunia visual.
    Kecerdasan ini dapat ditemukan pada pelukis, pematung, programmer komputer, desainer, arsitek.
    Berhubungan dengan pelajaran menggambar. Tokoh yang dapat diceritakan berkaitan dengan kecerdasan ini, misalnya Picasso, Walt Disney, Garin Nugroho.
  4. Kecerdasan Tubuh/Kinestetik
    Bentuk kecerdasan ini memungkinkan terjadinya hubungan antara pikiran dan tubuh yang diperlukan untuk berhasil dalam aktivitas2 seperti menari, melakukan pantomim, berolahraga, seni bela diri dan memainkan drama.
    Sebut saja Michael Jordan, Martha Graham (penari balet), Susi Susanti. Kecerdasan ini berkaitan dengan pejaran olahraga atau kegiatan ekstrakurikuler seperti menari, bermain teater, pantomim.
  5. Kecerdasan Musical/Ritmik
    Bentuk kecerdasan ini mendengarkan pola musik dan ritmik secara natural dan kemudian dapat memproduksinya. Bentuk kecerdasan ini sangat menyenangkan, karena musik memiliki kapasitas unutk mengubah kesadaran kita, menghilangkan stress dan meningkatkan fungsi otak.
    Berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler. Tokoh2 yang sudah mengembangkan kecerdasan ini misalnya Stevie Wonder, Melly Goeslow, Titik Puspa.
  6. Kecerdasan Interpersonal
    Bentuk kecerdasan ini wajib bagi tugas2 ditempat kerja seperti negosiasi dan menyediakan umpan balik atau evaluasi. Berkaitan dengan pelajaran PPKn, sosiologi.
    Manajer, konselor, terapis, politikus, mediator menunjukkan bentuk kecerdasan ini. Mereka biasanya pintar membaca suasana hati, temperamen, motivasi dan maksud orang lain. Abraham Lincoln dan Mahatma Gadhi memanfaatkan kecerdasan ini untuk mengubah dunia.
  7. Kecerdasan Intrapersonal
    Bentuk kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan cara kerja terdalam dari karakter dan kepribadian. Kita sering menamai kecerdasan ini dengan kebijaksanaan.
    Berkaitan dengan jurusan psikologi atau filsafat. Tokoh2 sukses yang dapat dikenalkan untuk memperkaya kecerdasan ini adalah para pemimpin keagamaan dan para psikolog.
  8. Kecerdasan Spiritual
    Bentuk kecerdasan ini dapat dipandang sebagai sebuah kombinasi dan kesadaran interpersonal dan kecerdasan intrapersonal dengan sebuah komponen “nilai” yang ditambahkan padanya.
    Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan rohaniah, yang menuntun diri kita menjadi manusia yang utuh, berada pada bagian yang paling dalam diri kita.


Dengan beragamnya kecerdasan manusia, menjadikan peran guru amat penting untuk memberikan arahan pada apa yang cocok dan sesuai bagi para siswanya.

http://nuritaputranti.wordpress.com/2007/11/27/kecerdasan-majemuk-multiple-intelligences/

Rabu, 15 April 2009

 (Perpisahan TA 2012-2013)
 (Membuat Sandwich Bersama Ayahku)
(Kunjungan Tema)

Raudhatul Athfal 

AL BIRUNI


Membuka Pendaftaran Siswa baru
Mulai 01 Februari 2013

(Tempat Terbatas)
Waktu : Senin – Jum’at (08.00 – 13.00 WIB)


“Mendidik dengan cinta dan ilmu”

  • BCCT
  • Student Active Learning
  • Conducive Learning Community
  • Karakter
  • Multiple Intelligence
  • Development Appropriate Practice
Jl. Haji Sabeni No. 7 Rt. 007 Rw. 02 Kalisari – Pasar Rebo – Jakarta Timur
Telp : (021)91214671/8707137
Email: ra.albiruni@gmail.com Blog: Albiruni-Education.blogspot.com

Selasa, 14 April 2009

Al Biruni Education

Al Biruni merupakan sebuah lembaga aktif yang bergerak dalam dunia pendidikan. Saat ini Al Biruni sudah mempunyai beberapa fasilitas pendidikan non formal dalam lingkup masyarakat menengah kebawah.

Al Biruni mempunyai niat untuk memperbaiki moral generasi bangsa leawat pendidikan spiritual, seperti Taman Pendidikan Al-Qur'an, Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu dan Sanggar Senam Muslimah. Al Biruni tampil dengan terbuka kehadapan masyarakat, khususnya masyarakat menengah kebawah. Dari berbagai fasilitas yang ada Al Biruni menawarkan sistem pendidikan yang murah dan berkualitas.

Lewat Bloger ini Al Biruni mencoba untuk memberikan fasilitas informasi tentang kandang sendiri maupun prkembangan seputar dunia anak, psikologi anak, dan pendidikan Islam. Dari bloger inilah Al Biruni dapat memfasilitasi para orang tua & pendidik untuk bisa saling berdiskusi untuk perkembangan pendidikan.

Semoga niat baik ini di ridhoi Allah SWT, sehingga Al Biruni akan terus bertahan untuk berusaha melahirkan generasi rabbani. Amiin.